Tapi seperti yang aku katakan, aku tetap bertahan pada tempatku berdiri. Bokep India Malam semakin larut. Oleh karenanya, aku betah berdiri berlama-lama di sini. Dia menjajakan kantong-kantong plastik hitam itu ke setiap pengendara yang singgah karena lampu merah. “Sudah dapat banyak?”
“Belum. Dingin kota ini makin terasa. Anak laki-laki itu juga ikutan merokok. Hingga beberapa gerombolan anak datang menghampiri anak laki-laki itu. Aku yakin sekali, orang tuanya sudah berhasil mendidiknya dengan ajaran agama. Sehabis menikmati dunia, anak-anak itu berpencar lagi, termasuk anak laki-laki yang kembali ke dekat tiang lampu merah. “Beli ini, Pak, beli ini, Bu,” kata anak laki-laki itu. Baru satu orang yang beli.”
“Ya sudah. Pernah suatu malam, aku melihat kejadian paling miris yang membuat aku sempat berdoa agar segera dicabut Tuhan. Aku kini mulai bingung. “Woi!” teriak salah satu anak dari gerombolan itu dengan kasar. Ketika matahari bersinar, aku menggosong. Meskipun hujan membuatku gigil, atau panas yang datang tak tanggung-tanggung. “Sudah dapat banyak?”
“Belum. Ketika hujan datang, aku membasah.
