Esoknya, dari rumah kuitung-itung waktu. Suara yg kukenal, itu kan suara yg meminta aq menutup kaca angkot. Bokep India Badannya berbalik lalu melangkah. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Ke bawah lagi: Tdk. Tapi ia dingin sekali. Ayo. Duduk di tepi dipan. Makin lama makin jelas. Jagain sebentar ya..!”Ya itulah kabar gembira, karena Iin lalu mengangguk.Setelah mengunci salon, Iin kembali ke tempatku. Mengapa kancing baju cuma tujuh?Hah, aq ada ide: toh masih ada kancing di bagian lengan, kalau belum cukup kancing Bapak-bapak di sebelahku juga bisa. Dari iramanya bukan sedang berjalan. Dadaku berguncang. Kini ia pindah ke paha, agak berani ia masuk sedikit ke selangkangan. Bibirku melumat bibirnya.“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku. Duduk di tepi dipan. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aq. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.Aq harus, harus, harus..! Sekali. Baunya memang agak lain, tetapi mambu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke
