“Kenapa Mbak mau dimadu?”, tanyaku tambah penasaran. Beberapa tamu penginapan yang ada di kafetaria menoleh ke arah Iswani ketika kami memasuki kafetaria penginapan. Bokeb “Itu karena pikiranmu belum dewasa. Dalam posisi berjongkok didepanku ia berusaha melepas celana dalamnya. Setelah melahap 3 potong roti, aku bertanya padanya, “Dari mana saja Mbak kok dapat roti enak?” “Tadi aku silaturahmi ke tempat saudara-saudara dan pulangnya dibawain ini”, jawabnya. Di teras kamar aku melakukan stretching selama beberapa menit. Bagian-bagian yang telah terpilah-pilah itu kubaca lagi dengan lebih teliti dan menguraikan isinya didalam otakku sehingga terbentuklah sebuah bahan informasi yang berhubung-hubungan satu sama lainnya. Rupanya Iswani punya pikiran yang sama denganku. “Mbak, boleh minta rotinya!”, kataku dengan halus. “Ke kafetaria yuk”, ajakku dengan tak menghiraukan gurauannya. Tiba-tiba aku merasakan sebuah rasa kesepian menyelinap masuk dalam hatiku padahal sejak lama aku terbiasa bepergian jauh seorang diri bahkan dengan jangka waktu yang lebih lama dari ini, tapi kali ini.
