Dadaku berguncang. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Bokep indo Atau jangan-jangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan. Tapi belum begitu lama ia pindah ke betis.“Balik badannya..!” pintanya.Aku membalikkan badanku. Ciut. Masih menutupi diri dengan tabloid. Hitam. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh.Ia menekan-nekan agak kuat. Badannya berbalik lalu melangkah. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Hidungnya tidak mancung tetapi juga tidak pesek. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Benarkan kesempatan itu lewat. Sial. Keras sekali.“Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.”Ia berdiri. Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. Tapi belum begitu lama ia pindah ke betis.“Balik badannya..!” pintanya.Aku membalikkan badanku. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.“Yang ini atau yang itu..?” katanya menggoda, menunjuk Juniorku.Darahku mendesir. Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Hanya suara kebetan majalah yang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musik lembut yang mengalun dari speaker yang ditanam di langit-langit ruangan.Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletak-pletok-pletok.




















