Sayu. Bokepindo Wajahku sangat dekat dengan lututnya. “Jangan menunduk, Jhony. Karena harus bernafas, aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir kewanitaannya. Tak peduli dengan segala kegilaan yang sedang terjadi. Aku terpana. Tapi mungkin karena latar belakang pendidikanku tidak cukup mendukung, management memutuskan merekrutnya. Sambil melepaskan sepatu itu. Bila sedang berada di ruang kerjanya, diam-diam aku pun sering memandang lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder di belakangnya. Sesekali pinggul itu berputar mengejar lidahku yang bergerak liar di dinding kewanitaannya. Dan paha itu semakin jelas. Walau bagian bawah roknya lebar, tetapi aku dapat melihat pinggul yang samar-samar tercetak dari baliknya. Karena ingin melihat paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi sambil mengecup bagian dalam lututnya. Di paha bagian belakang mulus tanpa bulu. Wajahku sangat dekat dengan lututnya. Jhony! Matanya berbinar-binar. Aku termangu menatap keindahan yang terpampang persis di depan mataku.“Jangan diam saja. Hembusan nafasku ternyata membuat bulu-bulu itu meremang.“Indah sekali,” kataku sambil
