Suara desahan mereka berdua memenuhi kamarku, terkadang suara itu berubah menjadi, “Emhh.. Suasana di sana cukup menyeramkan hanya diterangi lampu remang-remang. Bokeb ahh.. Dijilatinya senjataku dengan penuh nafsu, lalu dimasukkan ke mulutnya dan diemut-emut seperti seperti permen lolipop. emmhh.. gua kan udah janji mau ngebales loe tadi, tunggu aja sampai saatnya nanti Sin, hehehe,” jawabku sambil tetap menggenjot lalu tangan kiriku menjambak rambutnya hingga kepalanya menengadah ke atas.“Aaawww.. Tanganku sempat tersabet pisau dan membuat luka gores sepanjang kira-kira 10 cm, namun aku berhasil merebut pisau si gondrong dan kupatahkan pergelangan tangannya, sementara yang cepak terkena tinjuku pada mulutnya sehingga terlihat darah pada bibirnya.Sebenarnya aku mulai kewalahan tapi aku mencoba tetap tenang dengan menggertak mereka dengan pisau yang kurebut sambil berdoa dalam hati, kami terdiam sesaat lalu mereka perlahan-lahan mundur, membalikkan badan dan kabur entah kemana, akhirnya berguna juga ilmu bela diri yang kupelajari selama ini.




















