“Thanks,” bisikku padanya. Kupikir, mungkin masih ada kesempatan bagiku memperbaiki keadaan sebelum ia turun dari mobilku. Bokep Japan Ia menoleh dan menatapku dengan heran. Kurasakan jemariku menempel di dadanya. Jemarinya bergerak sedikit lebih cepat, membuatku mengerutkan wajah, menahan nafsuku sendiri. Dengan wajah memerah, kulepaskan pandanganku dari bibir kemaluannya yang merah dan basah. Asal jangan tiga kali menginjak kakiku.”
“Mungkin lebih.”
“Ayolah. “Thanks,” bisikku padanya. Ia tersenyum menatapku, lalu jemarinya bergerak menuju kancing-kancing bajunya. “Hey, geli. Ia mirip omong kosong angin yang berlalu setelah menghembus di sisi wajahku. Masih kudengar ia tertawa di belakangku. Ketika kuhampiri, ia tersenyum padaku. Tapi kerutan di alisnya menghilang, saat lengannya terulur ke arahku. “Suasana yang tak menyenangkan, kurasa,” ucapnya. Jemarinya bergerak lagi. Dingin. Pengalaman-pengalaman seksual ala sabun itu. Tak heran, ini sudah pukul setengah satu pagi, dan menjelang hari raya, nyaris semua orang pergi berlibur. Kutarik tubuhku ke atasnya. Kalau tidak kita sudahi saja.”
Kutatap ia dengan wajah berkerut. “Dingin kalau bisa.”
Saat aku kembali dengan dua gelas air dingin,
