“Terus, Yoga biasanya jam berapa pulangnya, Santi?”, tanyaku sekedar berbasa-basi. Cukup lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Bokep indo kan?”, akhirnya Eksanti mau mulai membuka pembicaraan juga. Lalu, perlahan-lahan aku menarik turun cup bra-nya. Aku memandang nakal ke arah payudaranya sambil tersenyum. Payudaranya sangat putih kontras dengan warna bra-nya, sangat terawat dan sangat kencang, seperti yang selama ini selalu aku bayang-bayangkan.“Payudaramu masih tetap bagus sekali. Aku melumat bibirnya, lalu aku menjulurkan lidahku perlahan seiring mulutnya yang seperti mempersilakan lidahku untuk menjelajah rongga mulutnya. Ia telah basah.. aku nggak sanggup lagi jika setiap malam memimpikan dirimu”, aku pura-pura menunduk lagi seolah-olah menyesali perbuatanku. Eksanti juga melingkarkan tangannya di pinggangku. Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tersengal-sengal tidak beraturan.Sesaat kemudian, ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi.. dan lagi.. Aku merasa sudah tidak mungkin bisa untuk melanjutkan permainan cinta lagi. Tungkainya panjang serta pahanya bulat dan mulus. Sesampainya di Ancol aku mengajak Eksanti




















