Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Sial. Bokep Jilbab/Hijab Aku memegang teteknya. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.Aku tersenyum. Lalu pindah ke pangkal paha. Ia tidak lagi dingin dan ketus. Come on lets go! Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Aku harus memulai. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Ia tersenyum melihatku.“Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan,” katanya.Ia mencari-cari. Ia terus mengelap pahaku. Dari iramanya bukan sedang berjalan. Lalu ia memijat lutut. Suara pletak-pletok mendekat.“Ayo tengkurap..!” kata wanita setengah baya itu.Aku tengkurap. Lalu pijitan turun ke bawah. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Daripada suntuk diam di rumah, tadi malam aku menyelesaikan kerjaan yang masih menumpuk. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.Aku tersenyum. Aku masih mematung. Tapi masih terhalang kain celana. Aku pun segan memulai cerita. Ia tersenyum ramah. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Ke bawah lagi: Turun.
