Kring..! Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Bokeb Lalu pijitan turun ke bawah. Ada sekat-sekat, tidak tertutup sepenuhnya. Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. “ Tunggu ya..! Kuusap sisa cream. Tetapi berlari. Ayo..! Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Di balik kain tipis, celana pantai ini dia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Kejantananku. Dimana kisah ini berawal dari pertemuan mereka diangkot, dan dilanjutkan di salon dimana wanita itu bekerja. Ke bawah lagi: Tidak. Aku makin bersemangat, makin membara, makin terbakar. Saat itu kurang lebih 5 menit lagi aku sampai kantorku, berhubung kerjaan hari ini sudah kukerjakan semalam, maka aku memutuskan untuk meneruskan perjalanku dengan angkot ini, lagdian masih ada waktu luang 2 jam lagi. Kali ini dengan telapak tangan. “ Mau dipijat atau mau baca, ” ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku,
“ Ayo tengkurap..!!! Haruskah kujawab sapaan itu ? Lalu ngomong apa? Lalu mengangkang. Tunggu apa lagi. “ Ah..
