Aq masih mematung. Aq kira aq sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya. Bokep Cina Inilah kesempatan itu. Jangan di sini..!” katanya.Kini ia tdk malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. “Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.”
Ia berdiri. Langkahku semangat lagi. Apalagi yg dapat tertinggal? Aq tdk dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Matanya dikerlingkan, bersamaan masuknya mobil lain di belakang angkot. Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. Bodoh amat. Astaga. Wajahku mulai panas. Jakarta yang panas membuatku kegerahan di dalam angkot. Kaki kusandarkan di tembok yg membuat ia bebas berlama-lama membersihkan bagian belakang pahaku. Hah..? Ah bodoh. Satu dua, satu dua. Langkahku semangat lagi. Aq langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. Ia tdk melanjutkan kalimatnya.Aq tersenyum. Padahal, wajah wanita setengah baya yg di lehernya ada keringat sudah terbayang. Benarkan kesempatan itu lewat. Atau apalah? Ah. Tetapi, aq harus berani. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi.
