Tanpa mengetuk, aku mendorong pintu depan. Bokep Tante Benar!“Aa..h.!” jerit Fenny. Bulat besar dan bergoyang-goyang dengan indahnya. Mei hebat promosinya seperti ceritanya dulu ke aku. “Jelas dong”, sahutku. Kupandangi keempat wanita Cina yang putih mulus, cantik montok dan bahenol itu dengan nafas yang menderu-deru. “Bayangkan! “Kapan dua ini akan bertambah menjadi empat?”
“Kho Ardy pingin tambah lagi”, kata Yen di luar dugaanku.“Mudah, Kho. Sejalan dengan mencuatnya kemaluanku tegak ke atas laksana menara, mulut mungil Fenny langsung menyergapnya. Putih, mulus dan halus. Fenny tersentak dan menjerit keras.“Ampunn, Mas!” jerit Fenny. Tangannya memelukku seerat-eratnya. Aku membayangkan nikmatnya bergumul dengan Dewi dan Fenny, kedua wanita cantik dan montok itu. He..”
“Gimana Dewi?” tanyaku. Pasti kita akan main berlima. Hati-hati, jangan lupa pulang lho, besok.”Mei dan Yen segera berpakaian dan meninggalkan ruangan. Akan Yen atur. Dewi dan Fenny memandikanku. Masa mau cari yang perawan.”“Ya, nggak”, kataku. Kedua wanita itu menempel lekat, Dewi di sisi kiriku dan Fenny di sisi kananku.
