Perlahan-lahan lidah dan bibir saya menyusuri telinganya, turun ke lehernya, dan pundaknya. Bokep Family “Ah… Enak… Vii…” harus saya akui bahwa permainannya begitu nikmat.Setelah pinggul saya terasa capek, saya mengganti gerakan saya dengan gerakan memutar. Saya sangat menyesal. Tiba di pinggir kasur, dengan posisi berdiri dia memeluk leher saya dan mencium saya dengan buas. Dia mengangkat kepalanya, matanya terlihat berkaca-kaca. Terlihat lubang kemaluannya yang masih sempit dan basah oleh cairan berwarna bening. Saya sendiri berusaha menekan tongkat wasiat saya sedalam-dalamnya.Akhirnya arus kenikmatan kedua tersebut tiba juga diiringi teriakan Vivi yang begitu keras. Sambungan dari bagian 1Perlahan, Vivi berjalan menuju kasur. Rupanya dia mencapai puncak kenikmatannya. “Ahhh… gua datang Vi…” Betapa nikmatnya.Setelah itu, dengan tubuh lemas Vivi berjalan ke arah Handycam-nya dan menghubungkannya ke telivisi 28 inch.
