Namun, keadaan makin runyam. Marta memang sedang menonton tv di lantai dengan kaki berjelonjor ke depan. Bokep SMA Perasaan yang wajar kupikir-pikir. Tepat saat itu juga Marta memelukku erat sekali, mengejang, dan menjerit, “Aahhh”. Tangan kanannya masih dalam kondisi tercengkeram dan ditekan ke sofa, tangan kirinya hanya mampu menggapai-gapai wajahku tanpa bisa mengenainya, mulutnya tersekap. Merasa terancam, Marta malah sekuat tenaga melayangkan tangan kanannya ke arah mukaku, hendak menampar. “Kamu ngapain nyamperin saya?! Situasi yang mencekam ini rupanya membuatku secara tidak sengaja mendekatinya ke ruang tamu, dan itu malah membuatnya panik. Aku kehilangan keseimbangan, aku tak ingin terjatuh ke belakang, kuraih tangannya yang masih tergapai saat mendorongku. Hanya saja, kemacetan di kota ini begitu parah, jadi lebih baik beli motor saja dari pada beli mobil. Satu dua detik Marta pun sempat terkejut dan terdiam melihat situasi ini. Di dalam nonton tv juga boleh, atau kalau mau di teras ya enggak apa juga. Desahannya makin sulit ditutupi saat jari tengahku masuk untuk
